Kejadian Luar Biasa Skabies Di Dusun Gunung Pentul

Devi Artami Susetiati

Abstract


Scabies remains a major public health problem in many developing countries according to data from primary health care. Community knowledge and practices about scabies influenced scabies outbreak. To determine community knowledge and practices of scabies in Gunung Pentul village, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo. A cross-sectional study with descriptif analysis was performed in Gunung Pentul village on April 15th,2007. Data was collected by questioners. Questioner comprises of identity, house ’s conditions and environments, 12 questions of knowledge and 20 questions of attitude and practices. Sixty percent of total score considered to be good knowledge and practice. Subjects of this study were 37 persons whereas 14 were being males (n=37,8%). High score of knowledge is 56,8%, low score of knowledge is 43,2%. Whereas high score of practice is 54,1%, low score of practice is 45,9%. The environment of Gunung Pentul village actually was in good condition, but unfortunately the personal higiene was poor according to the lower score of knowledge and practice. Beside that they had no transportation, health service, and lower income.

Skabies di negara berkembang merupakan masalah utama kesehatan kulit ditandai dengan adanya laporan kejadian luar biasa (KLB) skabies dari Puskesmas. Pengetahuan dan perilaku mempengaruhi penyebaran penyakit. Pengenalan bentuk lesi kulit dapat mendorong seseorang untuk secepatnya berobat. Pengetahuan mengenai cara penularan dapat membuat seseorang mencegah terjadinya endemik penyakit ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku masyarakat Dusun Gunung Pentul, Kabupaten Kulonprogo terhadap latar belakang terjadinya KLB skabies. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan cara potong lintang dilakukan pada semua subyek yang datang pada acara bakti sosial wabah skabies tanggal 15 April 2007 di Dusun Gunung Pentul. Data dikumpulkan dengan cara pengisian lembar kuesioner. Kuesioner berisi identitas, data rumah tinggal, 12 pertanyaan tentang pengetahuan, dan 20 pertanyaan tentang sikap dan perilaku. Penilaian skor pengetahuan dan perilaku ditentukan dengan cara menetapkan skor baik untuk pengetahuan dan perilaku sebesar nilai 60% dari total skor pertanyaan. Jumlah subyek yang bersedia mengisi kuesioner sebanyak 37 orang dengan 14 diantaranya laki-laki (n=37,8%). Hasil skor tinggi tingkat pengetahuan yaitu 56,8%, skor rendah 43,2%. Sedangkan skor tinggi tingkat perilaku yaitu 54,1%, skor rendah 45,9%. Lingkungan di Dusun Gunung Pentul cukup baik hanya saja kesadaran menjaga kesehatan pribadi masih banyak yang belum peduli. Hal ini terlihat dari skor tingkat pengetahuan dan perilaku yang masih rendah. Selain itu masih ada kendala lain seperti pendapatan per kapita perbulan dibawah UMR, transportasi terbatas dan kurangnya sarana kesehatan.


Keywords


pengetahuan; perilaku; skabies; knowledge; practice; scabies

Full Text:

PDF

References


Heukelbach J, Feldemeier H. Scabies. Lancet. 2006; 367:1767-74.

Hegazy AA, Darwish NM, Abdel-Hamid IA, Hammad SM. Epidemiology and control of scabies in an Egyptian village. Int J Dermatol. 1999; 38: 291-95.

Sungkar S. Skabies. Dalam: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan.

Chosidow O. Scabies. N Eng J Med. 2006; 354: 1718-27.

Currie B, Hengge UR. Scabies. In: Tyring SK, Lupi O, Hengge UR. Tropical Dermatology. Philadelphia:WB Saunders; 2006.p. 375-85.

Heukelbach J, Wilcke T, Winter B, Feldmeier H. Epidemiology and morbidity of scabies and pediculosis capitis in resource-poor communities in Brazil. Br J Dermatol. 2005; 153: 150¬6.

Mimouni D, Ankol OE, Avitdovitch N, Gdalevich M, Zangvil E. Seasonality trends of scabies in young adult population: a 20-year follow up. Br J Dermatol. 2003; 157-59.

Cox NH. Permethrin treatment in scabies infestation: importance of the correct formulation.BMJ. 2000; 320:37¬8.

Wong LC, Amega B, Barker R, Connors C, Elizabeth D, Ninnal A. Factors supporting sustainability of a community-based scabies control program. Aust J Dermatol. 2002; 43: 274-77.

Johnston G, Sladen M. Scabies: diagnosis and treatment. BMJ. 2005;331:619-22.

Lapeere H, Brochez L, De Weert J, Pasteels I, De Maeseneer J, Naeyaert JM. Knowledge and management of scabies in general practitioners and dermatologists. Eur J Dermatol. 2005;15:171-75.

Landwehr D, Keita SM, Ponnighaus JM, Tounkara C. Epidemiology aspects of scabies in Mali, Malawi, and Cambodia. Int J Dermatol. 1998; 37:588-90.

Kanaaneeh HA, Rabbi SA, Badarneh SM. The eradication of large scabies outbreak using community-wide health education. Am J Public Health. 1976; 66: 564-67.

Canadian Paediatric Society Statement. Scabies management. Paediatr Child Health. 2001; 6: 775-77.




DOI: https://doi.org/10.18196/mmjkk.v9i1%20(s).1620

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.


      

Editorial Office:
Journal Room, G1 (Biomedic) Building, Ground Floor, Faculty of Medicine and Health Science Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 
Jalan Lingkar Selatan (Brawijaya), Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
Phone: +62 274 387 656 (ext: 231)
WA : +62 811-2650-303
Website: http://journal.umy.ac.id/index.php/mm 
E-mail: mmjkk@umy.university

Creative Commons License
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. View My Stats