Tumor Cerebellopontine Angle
Abstract
Hearing loss is the most frequent symptom. Vertigo or spinning occurs in about 20 percent of persons with acoustic neuroma. Early diagnose by signs and symptoms detection is very important in acoustic neuroma treatment. Unfortunately, misdiagnose becomes the problem in this step. The optimal test for excluding an acoustic neuroma is MRI. If an MRI cannot be done, CT scan should be obtained.
About more than a half of all acoustic neuromas are presently treated with surgery. The recurrence rate of the tumor is about 3% after surgery. Overall, the risk of death from acoustic neuroma surgery is about 0.5 to 2 percent. Unexpected post-operative complications occur in roughly 20percent with more complications occurring in elderly and infirm individuals and those with large tumors. Surgical treatment where the brain is exposed is nearly always performed by a team of surgeons, usually including a neurologist, a neurosurgeon and an anesthesiolgist. Pathology anatomist is needed to make definitif diagnose.
Sekitar 85% tumor yang tumbuh di daerah sudut serebelo pontin adalah neuroma akustik, sekitar 10% adalah meningioma dan sekitar 5% adalah tumor epidermoid. Neuroma akustik adalah tumor jinak yang tumbuh pada nervus akustikus, yang berasal dari sel schwann yang meliputi nervus akustikus sehingga disebut juga schwanoma.
Gangguan pendengaran merupakan gejala yang paling sering ditemukan. Vertigo atau rasa berputar dirasakan pada sekitar 20% penderita. Diagnosa dini melalui pengenalan tanda dan gejala sangat penting dalam penatalaksanaan neuroma akustik. Sayangnya, hal ini seringkah terabaikan atau teijadi misdiagnosis. Pemeriksaan yang optimal adalah menggunakan MRI, namun jika hal itu tidak bisa dilakukan maka CT scan sebaiknya dilakukan.
Sekitar lebih dari setengah kasus neuroma akustik diterapi melalui pembedahan. Angka kekambuhan setelah pembedahan sekitar 3%. Risiko kematian saat operasi sekitar 0,5 - 2%. Komplikasi setelah operasi muncul pada sekitar 20% penderita, yang paling banyak pada penderita usia dewasa serta pada tumor yang besar. Terapi pembedahan pada otak melibatkan tim yang terdiri dari dokter ahli saraf, bedah saraf dan ahli anestesi. Ahli patologi anatomi berperan dalam menentukan diagnosa pasti.
Full Text:
PDFReferences
Greenberg.MS. Handbook of Neurosurgery, Fifth ed., thieme medical Publisher, Greenberg Graphics Inc., new York. 2001.
Duus P. Diagnosis Topik Neurologi: anatomi, fisiologi, tanda, gejala. Ed.2 , 1996.
Grace F Kao. 2004. Neurilemoma. Emedicine, Last Updated: January 20, 2004.
Satyanegara. Ilmu bedah saraf; editor, L. Djoko Listiono.-Ed 3,1998
Gilroy. Basic Neurology, 2nd ed.Mc Graw Hil Inc. Pergamon Pres. Singapore, 1992
Lindsay, K., Bone, I., Callander, R., 1997 Neurology and Neurosurgery Illustrated, 3th ed. Churchill, Livingstone, Tokyo
Pothula VB,Lesser T, Mallucci C, may P, Foy P, Vestibular schwannomas in children. Otol Neurotol 22: 903-907, 2001
Timothy C.Heen MD, Acoustic Neuroma, April 2004
DOI: https://doi.org/10.18196/mmjkk.v6i2.1897
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Editorial Office:
Journal Room, G1 (Biomedic) Building, Ground Floor, Faculty of Medicine and Health Science Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Jalan Lingkar Selatan (Brawijaya), Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
Phone: +62 274 387 656 (ext: 231)
WA : +62 811-2650-303
Website: http://journal.umy.ac.id/index.php/mm
E-mail: mmjkk@umy.university
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. View My Stats