Pemikiran Johan Galtung tentang Kekerasan dalam Perspektif Feminisme
Abstract
This article aims to analyze the gender aspects in Johan Galtung thought about Violence. Johan Galtung conception of violence, namely, direct violence, structural violence, and cultural violence was comprehensive enough to observe violence at all levels, including gender-based violence. The issue of violence appeal to feminists because of violence against women is a mechanism of subordination of women. Violence against women has an impact not only for women victims but also women in general, which ultimately in the lives of women always feel threatened by numerous acts of violence in public and private sphere. Using the sociology of knowledge, this article seeks the connection between Johan Galtung’s thought and his life background. The research method is a qualitative method with literature study used secondary data. This article found that there are similarities between Johan Galtung thought with numerous streams of feminism that ever existed. Telling about direct violence, Johan Galtung puts women at enmity with men on one hand. On the other hand, the structure and culture of patriarchy that have existed in society also become violent themselves. In its efforts to realize peace, Johan Galtung wants the equality between the sexes, where there are cooperation and a balance of roles between men and women who all of them lead to the peace process.
Artikel ini bertujuan untuk menganalisa aspek gender dalam pemikiran Johan Galtung tentang kekerasan. Konsep kekerasan Johan Galtung yang meliputi kekerasan langsung, kekerasan struktural, dan kekerasan kultural, cukup komprehensif untuk melihat kekerasan di semua tingkat, termasuk kekerasan berbasis gender. Isu kekerasan menarik bagi feminis karena kekerasan terhadap perempuan merupakan mekanisme subordinasi perempuan. Kekerasan terhadap perempuan tidak hanya berdampak pada korban, tapi juga perempuan pada umumnya, yang pada akhirnya dalam kehidupan perempuan selalu merasa terancam oleh berbagai tindakan kekerasan di ranah publik dan privat. Dengan menggunakan sosiologi pengetahuan, artikel ini mencoba menganalisis hubungan antara Johan Galtung dan latar belakang kehidupannya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan studi literatur menggunakan data sekunder. Penelitian ini menemukan bahwa ada kesamaan antara pemikiran Johan Galtung dengan berbagai aliran feminisme yang pernah ada. Berbicara tentang kekerasan langsung, Johan Galtung menempatkan perempuan berhadapan dengan laki-laki yang merupakan pelaku kekerasan. Di sisi lain, struktur dan budaya patriarki yang ada di masyarakat juga merupakan bentuk kekerasan, di mana struktur yang keras, dilegitimasi oleh budaya kekerasan menciptakan lingkungan yang penuh kekerasan. Dalam upayanya mewujudkan perdamaian, Johan Galtung menginginkan persamaan antara jenis kelamin, di mana ada kerjasama dan keseimbangan peran antara pria dan wanita yang semuanya mengarah pada proses perdamaian.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Coser, L.A. 1971. Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context, Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
Fakih, Mansour. 2008. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Galtung, Johan. 1969. Violence, Peace, and Peace Research, Journal of Peace Research. (online) Vol. 6, No. 3, hal. 167-191, (http://www.jstor.org/stable/422690 diakses pada 7 Februari 2011).
______ 1971. A Structural Theory of Imperialisme, Journal of Peace Research (online) Vol 8 No 2, (http://www.jstor.org/stable/423477 diakses pada 7 Februari 2011).
______ 1986. Age, Gender and Race, Nation and Class : What Is The Relationship with Cosmology. Priceton, New Jersey: Center of International Studies, Princeton University.
______ 1990. Cultural Violence, Journal of Peace Research. (online) Vol. 27, No. 3. hal. 291-305, (http://www.jstor.org/stable/423472 diakses pada 7 Februari 2011).
______ 1993. Kulturelle Gewalt; in: Der Bürger im Staat 43, 2/1993. p. 106, (online), (http://www.dadalos.org/ diakses pada 11 September 2010).
______ 1996. Peace by Peaceful Means, Peace and Conflict, Development and Civilization. London: PRIO, SAGE Publications.
______ 2000. Local Authorities as Peace Factors/Actors/Workers. Journal of World-Systems Research. (online), Vi, 3, Fall/Winter 2000, 860-872, (http://csf.colorado.edu/jwsr, diakses pada 15 Oktober 2011).
______ 2004. Transcend and Transform, An Introduction to Conflict Work. London: Pluto Press.
______ 2007. A Mini Theory of Peace. (online), (www.transnational.org, diakses pada 10 Agustus 2010).
______ 2007. Learning from Gandhi: Towards a nonviolent world order. New Delhi: The Satyagraha Centenary. (online), (www.transnasional.org, diakses pada 12 Februari 2011).
______ 2009. Johan Galtung’s view from Europe: Women and Men, Peace and Security. (online), (http://www.peaceactionme.org, diakses pada 10 Agustus 2010).
______ 2009. European Commission Speech, Making the Difference: Strengthening the Capacities to Respond to Crises and Security Threats. Brussels. (Online), (http://www.peaceactionme.org/blog/johan-galtung-s-view-europe-women-and-men-peace-and-security, diakses pada 11 januari 2011).
______ 2010. Women and the 21st century. (online), (https://www.transcend.org/tms/2010/12/women-and-the-21st-century/, diakses pada 15 Januari 2010).
______ 2010. ‘Violence Typology’. Peace Education Basic Course 2. (online), (http://www.dadalos.org/frieden_int/grundkurs_2/typologie.htm, diakses pada 11 September 2010).
Gen C Magazine, Interviews with Johan Galtung. (online), (http://www.generation-c.org/galtung_interview.html/2010 diakses pada 7 Februari 2011).
Jamil, M Muchsin. 2006. Resolusi Konflik: Berbagai Model. (online), (http://wmc-iainws.com/home.php, diakses pada 25 Agustus 2010).
Mas’oed, Mochtar. 1992. Galtung, Perspektif Kritis, dan Hubungan Internasional, Sebuah Pengantar, dalam I Marsana Windhu. 1992. Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johan Galtung. Jogjakarta: Kanisius.
Mies, Maria. 1993. “The Need for a New Vision: The Subsistence Perpektive”, dalam Mies dan Shiva. Ecofeminisme, London: Zed.
______ 1993. “White Man’s Dillema: His Search for What He Has Destroyed” dalam Mies dan Shiva. Ecofeminism. London, Zed.
Muthien, Bernedette. 2003. Engendering Security. (online) (http://www.engender.org.za/publications.html diakses pada 11 Januari 2011).
Nur Syam. 2005. Islam Pesisir. Yogyakarta: LkiS.
Pilcher, Jane & Whelehan, Imelda. 2004. 50 Key Concepts in Gender Studies, London: SAGE Publication.
Salmi, Jamil. 1993. Violence and Democratic Society, New Approach to Human Right. London: Zed Book.
Windhu, I Marsana. 1992. Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johan Galtung. Yogyakarta: Kanisius.
Johan Galtung, Honorary Award 1987. (online), (http://www.rightlivelihood.Org/galtung.pdf, diakses pada 1 Oktober 2010).
Johan Galtung in Brief . (online), (http://www.brad.ac.uk/acad/confres/dislearn/galtung.html, diakses pada 11 Januari 2011).
Addressing Gender-Based Violence Through Community Empowerment. (online), (http://www.lac.org.na/publications/alphabet.html, diakses pada 5 Oktober 2010).
DOI: https://doi.org/10.18196/hi.61102
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2017 Jurnal Hubungan Internasional
Jurnal Hubungan Internasional Indexed by:
Editorial Office of Jurnal Hubungan Internasional
Ki Bagus Hadikusumo Building, E4, 1st floor, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jl. Brawijaya, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 55183, Indonesia
jurnalhi@umy.ac.id ariekusumapaksi@umy.ac.id
Jurnal Hubungan Internasional in collaboration with:
Jurnal Hubungan Internasional is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
View My Stats