Upaya Preventif Penyakit Water Borne Disease Pada Masyarakat Paska Gempa Bumi Yogyakarta
Abstract
Gempa bumi besar yang terjadi di Yogyakarta menyebabkan sebagian besar sumur warga mengalami kerusakan. Sumur mengalami pendangkalan, air menjadi keruh, saluran air dari septitank banyak yang pecah. Hal ini menimbulkan masalah bagi kesehatan karena banyak air sumur yang tak layak untuk dikonsumsi. Air bersih merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Air bersih harus memenuhi persyaratan baik fisik, mikrobiologis dan kimiawi. Air yang tidak memenuhi persyaratan bisa menjadi media penularan berbagai penyakit saluran pencernaan (Water borne disease). Penyakit saluran pencernaan sangat berhubungan dengan perilaku manusia, sarana air bersih, pembuangan limbah dan kesehatan lingkungan. Salah satu upaya pencegahan penyakit water borne disease adalah mengetahui kelayakan sumber air minum di daerah terdampak gempa. Pengabdian pada masyarakat ini dilakukan di salah satu desa terdampak gempa yaitu Trirenggo, Bantul, Provinsi DIY. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terdampak gempa tentang pentingnya penyediaan air berkualitas yang memenuhi syarat kesehatan. Pelaksanaan kegiatan ada dua tahap yakni penyuluhan dan pemeriksaan. Penyuluhan dalam bentuk sosialisasi usaha promotif dan preventif manfaat air bersih bagi kesehatan dalam bentuk penyuluhan yang dilaksanakan di Balai Pertemuan Dusun Pepe, Desa Trirenggo, Bantul. Penduduk yang datang dalam penyuluhan lebih kurang 100 kepala keluarga. Peserta yang datang meliputi para pengurus desa, para kader kesehatan, ketua karang taruna serta ibu-ibu di sekitar yang mempunyai sumur sendiri yang mengalami kerusakan akibat gempa bumi. Pemeriksaan kualitas air dilakukan di laboratorium Mikrobiologi FKIK UMY untuk menguji kualitas mikrobiologik dan LABDA Provinsi DI Yogyakarta untuk menguji kesadahan air. Dari sekitar 150 sumber air minum, secara acak diambil 100 sampel air sumur. Hasil pemeriksaan kualitas air di Desa Trirenggo menunjukkan bahwa 97 % sumur penduduk positif terkontaminasi bakteri Escherichia coli. Hasil pemeriksaan kesadahan air sumur masih dalam ambang batas normal. Air sumur gali di desa Trirenggo Bantul hanya 3% yang layak memenuhi standar baku kualitas air. Peningkatan pemahaman pengetahuan masyarakat akan pentingnya air bersih akan mempengaruhi perilaku dalam pencegahan penyakit water borne disease.
Kata Kunci: Kualitas, Sumber Air minum, Masyarakat, Paska Gempa
Full Text:
PDFReferences
Anomin. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan No.907 Tahun 2002 Tentang Persyaratan
dan Pengawasan Air
Anonim.2004. PPRI No.82 tahun 2001 Tentang Baku Mutu Air kelas I, Kementrian
Lingkungan Hidup. Jakarta.
Anonim .2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 115 Tahun 2003
Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Jakarta.
Bibiana, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional RI, 2006, Akibat Gempa Banyak Sumur dan Penanpung Limbah Rusak, Program Penanganan Pasca Gempa Jogyakarta,
Jogyakarta.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius.
Yogyakarta.
Hadioetomo, 1988, Dasar-dasar Mikrobiologi, Bandung, Penerbit Universitas
Press.
Insist, 2006, Peta Gempa Bumi Jogyakarta-Jateng, Jogyakarta.
Soemirat, 1994, Kesehatan Lingkungan, Jogyakarta, Gadjahmada University Press.
Sutrisno, T, 2004, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta, Rineka Cipta .
DOI: https://doi.org/10.18196/bdr.5228
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
__________________________________________________________________
Contact us: BERDIKARI : Jurnal Inovasi dan Penerapan Ipteks, Address: Gedung D, LP3M UMY, Alamat: Jl. Brawijaya, Tamantirto, Kec. Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55183. Email: berdikari@umy.ac.id
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.